Tentang Harkat Perempuan
Judul :
Jodoh untuk Juhana
Penulis : A.R.
Rizal
Penerbit :
Singgalang
Terbitan : Juli
2015
Tebal : 148
hlm
ISBN :
978-602-983-264-8
Kalau
dihitung-hitung, umur Juhana kini 60. Orang-orang di komplek kami akhirnya
mendengar kabar, perempuan itu menikah juga. "Juhana menikah dengan
bidadara..."
DEMIKIANLAH
penggalan kisah Juhana, perempuan yang tak kunjung bertemu jodohnya. Ada nuansa
mistis dalam penggalan itu. Memang benar. Sang penulis suka bermain-main dengan
mistis. Bahkan, ia tak segan mengeksploitasi kisah-kisah mistik.
Mistis dan mistik hanyalah bumbu.
Inti ceritanya, penulis berbicara tentang kehidupan secara luas. Bukan tentang kehidupan
yang muluk-muluk, tapi sesuatu di sekitar penulis. Bisa jadi, itu sesuatu di
sekitar kita. Mengapa perempuan yang tak berjodoh dipandang tabu, mengapa pula
perempuan tak boleh menolak perjodohan, dan mengapa perempuan mesti menjemput
calon pendamping hidupnya? Pertanyaan-pertanyaan itu dijawab penulis sebagai
kritik sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Jodoh untuk Juhana adalah
buku kumpulan cerita pendek karya A.R. Rizal. Ada 16 cerpen dalam kumpulan ini.
Jodoh untuk Juhana sendiri adalah judul buku yang diambil dari salah
satu cerpen. Ada beberapa cerpen berkisah tentang laki-laki, tapi sang penulis
sepertinya lebih senang menonjolkan sisi feminis dalam karyanya. Hal ini tak
terlepas dari latar budaya yang menyertai sebagian besar cerpen. Latar budaya
Minangkabau. Minangkabau yang matrilineal, tapi kaum perempuannya berada dalam
dilema yang berkepanjangan.
Perempuan baik-baik, kemudian
terjerumus dalam 'kecelakaan' pergaulan anak muda. Di lingkungannya, ia
dipandang hina. Untuk menutup malu, orang tua akan memaksa si perempuan untuk
menikah dengan laki-laki yang telah menghamilinya. Pokoknya menikah, tak
penting apakah si perempuan benar-benar menginginkannya. Dalam kehidupan nyata,
pernikahan yang dipaksa karena hubungan terlarang menjadi hal yang lumrah. Tapi
tidak, bagi Sofia.
Sofia adalah perempuan terpelajar.
Ia mahasiswa yang cerdas. Ketika hamil di luar nikah, ia malah menolak
pernikahannya dengan laki-laki yang telah menghamilinya. Sofia pun menolak
semua laki-laki yang hendak meminangnya. Alasan penolakan perempuan itu
sederhana saja. Ia tak mau dikasihani karena nasib buruknya. Ia mampu menjadi
perempuan, bahkan seperti laki-laki, menghidupi dirinya sendiri dan anaknya
yang akan lahir. Kisah Sofia ini ada dalam cerpen "Jodoh yang Ditolak".
Bagi sebagian masyarakat Sumatera
Barat, terutama di daerah Pariaman, tentulah mengenal uang jemputan. Benar, itu
tradisi pernikahan yang terkenal di Pariaman. Lewat cerpen
"Jemputan", penulis hendak mengkritisi tradisi uang jemputan. Ia tak
menyalahkan tradisi. Penulis menghadirkan tokoh Siti yang menguji kepemimpinan
sang calon kekasih hati. Sang kekasih menurut dengan tradisi uang jemputan.
Bagi Siti, sikap menurut itu dipandang sebagai ketidakdewasaan sang kekasih
hati. Siti pun merasa lebih pantas mendapatkan laki-laki sejati, yang tahu
bagaimana memahami harkat perempuan yang akan diayominya.
Jodoh untuk Juhana banyak
bicara tentang perempuan. Perempuan dari sudut pandang laki-laki. Tapi, sang
penulis berusaha keras menyelami diri perempuan sebaik-baiknya. Perempuan yang
tak selalu di bawah laki-laki, perempuan yang setara dengan laki-laki sebagai
mahkluk Tuhan. Tak biasa, penulis laki-laki begitu membela kaum perempuan.
Tak hanya tentang perempuan, Jodoh
untuk Juhana juga menyibak tabir tentang kehidupan kaum laki-laki. Penulis
menghadirkan dilema laki-laki dalam realitas kekinian. Ketika di mana-mana
orang demam batu akik, maka penulis menghadirkan cerpen "Laki-laki
Batu". Banyak laki-laki yang jadi pemimpi gara-gara batu.
Adalah Sudin, laki-laki beristri
yang bermimpi mendapatkan batu ajaib. Di dalam mimpi, ia disuruh mencari batu
segenggam tangan di perkarangan rumahnya. Sudin sangat terobsesi dengan batu
itu. Maka, dicangkulah tanah di seisi perkarangannya. Batu ajaib yang dimaksud
berhasil didapat. Di mana-mana, Sudin mengabarkan batu itu sebagai batu
berharga yang tak ternilai harganya. Orang-orang percaya dengan Sudin. Padahal,
laki-laki itu benar-benar belum terjaga dari mimpi-mimpinya.
Jodoh untuk Juhana juga
mengkritik tentang sikap hidup beragama di tengah-tengah masyarakat. Ada cerpen
"Ustad Salah". Seorang ustad yang suka menyalahkan apa saja yang
salah di tengah masyarakat. Anak gadis yang memakai pakaian seksi, langsung
disalahkannya. Pegawai yang terpaksa korupsi, disalahkan begitu saja.
Orang-orang yang disalahkan Ustad Salah malah membiarkan dirinya dengan
kesalahan-kesalahan itu. Cerpen "Ustad Salah" mengkritik bagaimana
cara berdakwah para penceramah di tengah-tengah masyarakat.
Banyak kritik sosial dalam Jodoh
untuk Juhana. Namun, sisi menarik kumpulan cerpen ini adalah romantisme.
Sebagian besar cerpen dibalut kisah percintaan. Kisah percintaan yang unik ada
dalam cerpen "Pernikahan ke-50". Kisah sepasang suami-istri yang
punya cara tersendiri untuk mengenang romantisme. Setiap tahun, Rosman dan
Rosmini menikah. Sampai pada pernikahan yang ke-50, terkuaklah sebuah
pengkhianatan. Rosman menikah dengan perempuan lain. Hati Rosmini seperti
tersayat-sayat sembilu. Sepasang kekasih itu mengakhiri hidupnya sebagai janda
dan duda. Tapi, cinta kasihnya tak pernah lapuk dimakan usia.
Jodoh untuk Juhana menarik
dibaca, terutama bagi mereka yang menyukai eksotisme Ranah Minang. Kelokkan
Ranah Minang menjadi tema yang banyak dieksploitasi penulis roman di masa lalu.
Belakangan, tema-tema tersebut jarang ditampilkan, terutama oleh
penulis-penulis dari Ranah Minang sendiri. A.R. Rizal termasuk yang berani
kembali akar adat dan tanah leluhurnya. Membaca Jodoh untuk Juhana, kita
seperti melihat kehidupan sekarang dari kaca mata masa lalu. Dari cover buku
ini saja sudah terasa nuansa masa lalu itu. Guratan sketsa dengan warna yang
tajam, seperti roman-roman di era 70-an. Tapi, Jodoh untuk Juhana bukan
tentang masa lalu. Ini tentang hari ini.